Sabtu, 23 November 2024

Nilai Tukar Rupiah Tergelincir di Tengah Isu Krisis Credit Suisse Bank

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi Rupiah melemah. Grafis: suarasurabaya.net

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Kamis, (16/3/2023), tergelincir di tengah isu krisis Credit Suisse Bank di Swiss yang harga sahamnya terus turun dan mengalami kesulitan likuiditas.

Rupiah pada Kamis pagi dibuka turun 51 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp15.433 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.382 per dolar AS.

Ariston Tjendra pengamat pasar uang mengatakan, masalah Credit Suisse Bank memicu kekhawatiran pasar kalau krisis perbankan Amerika Serikat menyebar ke Eropa. Hal itu mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman seperti emas dan dolar AS.

“Hal ini bisa mendorong pelemahan rupiah sebagai aset berisiko hari ini terhadap dolar AS,” kata Ariston kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong pembelian safe-haven setelah saham Credit Suisse jatuh menysusul laporan keuangan bank Swiss itu dikhawatirkan mempengaruhi investornya.

Menyusul kegagalan beberapa bank regional di Amerika Serikat, seperti runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) California dan Signature Bank dari New York, saham Credit Suisse anjlok lebih dari 20 persen selama jam perdagangan. Hal itu memicu kembali kekhawatiran tentang penularan sektor perbankan Amerika Serikat (AS) yang mendunia.

Untuk diketahui, Credit Suisse yang didirikan pada 1856 memiliki pengaruh penting di pasar modal global. Sejak 2021, bank diganggu oleh berita negatif seperti kerugian investasi, sehingga harga sahamnya terus turun, dengan nilai pasar yang juga menurun drastis.

Pada awal Februari, Credit Suisse membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss untuk tahun 2022, sedangkan pada tahun 2021 rugi bersihnya sebesar 1,7 miliar franc Swiss.

Saham-saham di Credit Suisse, yang berjuang untuk pulih dari serangkaian skandal telah terpukul selama 12 bulan terakhir. Saham itu bernilai sekitar 80 franc Swiss pada tahun 2008, tetapi menyusut menjadi 1,55 franc Swiss sampai dengan 15 Maret 2023.

Penurunan terbaru dipicu ketika Saudi National Bank selaku pemegang saham terbesarnya, mengatakan tidak dapat memberikan bantuan keuangan lebih lanjut untuk pemberi pinjaman yang kesulitan itu. Selain itu, klien-klien kaya juga telah menarik miliaran dari bank.

Credit Suisse sedang melakukan perombakan besar-besaran, memotong biaya dan pekerjaan serta menciptakan bisnis terpisah untuk bank investasinya.

Di sisi lain, Ariston menuturkan pelemahan rupiah bisa tertahan karena krisis perbankan tersebut memperbesar kemungkinan Bank Sentral AS atau The Fed menahan suku bunga acuannya, atau tidak terlalu agresif menaikkan suku bunganya pada rapat mendatang.

Ia memproyeksikan potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.400 per dolar AS, dengan peluang tertahan di kisaran 15.350 per dolar AS.

Sebagai informasi, pada Rabu kemarin rupiah ditutup menguat tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp15.382 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.385 per dolar AS. (ant/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs